468x60 Ads

http://www.facebook.com/profile.php?id=1298561608&ref=tn_tnmn#!/

Makalah Inovasi Profesionalisme Guru

Menuju Guru Yang Profesional
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Inovasi Pendidikan

Oleh
Bekti Nurul Sidiq A
0805619

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS CIBIRU
BANDUNG
2009

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Di dalam undang – undang No 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa program pendidikan tinggi mempunyai dua jenis yaitu program akademik dan program profesional. Program akademik dimaksudkan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan program profesional untuk mempersiapkan tenaga – tenaga terampil untuk berbagai jenis pekerjaan yang meminta tenaga – tenaga berpendidikan tinggi. Bahwasanya untuk meningkatkan ilmu pengetahuan harus lebih ditekankan pada keterampilan pendidik dalam menyampaikan materi pada peserta didik. Guru yang profesional dapat mempertahankan mutu pendidikan dan lebih banyak mencetak kualitas dan kuantitas peserta didik dalam pembelajaran.
Kalsifikasi program tersebut tentu saja bertujuan baik, namun di dalam pelaksanannya banyak mengalami hambatan sehingga tenaga profesional yang diharapkan dapat mengisi permintaan kerja yang tinggi menjadi masalah yang mengkhawatirkan. Jika kita amati secara mendalam guru masih banyak terdapat titik kelemahannya dalam segi pengajaran pada siswa bahkan guru itu tidak normatif, yakni sifat – sifatnya yang tidak patut untuk digugu dan ditiru peserta didik terutama dalam segi mencari tambahan biaya untuk hidup seperti judi, jpencurian dll. Dari pada itu dalam segi pengajaran masih monoton dan walaupun kurikulum berubah tetap segolongan guru masih menggunakan system lama metode terutama dalam penyampain materi pelajaran bahkan dalam pemberian ganjaran pad peserta didik. Kendala pendidikan bukan hanya terletak pada keprofesionalan tenaga pendidik saja tetapi juga pada sarana dan prasarana dalam menunjang pembelajar di sekolah.
Masalah seperti ini terjadi karena faktor interen yang terdapat pada jiwa pendidik. Berbagai upaya pemerintah dan peraturan khusus yang diperuntukan guru baik yang tertulis atau tidak telah diusahakan baik secara ekonomi ataupun moril bahkan kompetensi guru. Dari segi ekonomi pemerintah telah berupaya menaikan biaya pendidikan sebesar 20% dari hasil APBD, mengadakan sertifikasi untuk meningkatkan kesejahteran guru dan masih ada kebijakan lain yang dapat menunjang pendidikan dan kehidupan guru. Guru yang banyak melakukan penyimpangan lebih baik diwajibkan kembali mengikuti pelatihan keguruan untuk lebih menguasai kompetensi guru baik melalui seminar atau dengan pelatihan yang diadakan pemerintah. Kompetensi adalah modal guru yang paling penting untuk mengajar.
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan guru yang profesional?
2. Apa saja kendala menjadi guru yang profesional?
3. Bagaimana cara menjadi guru yang profesionalisme?
4. Mengapa guru harus profesional?
C. Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mendeskripaikan :
1. Memberi gambaran mengenai guru profesional.
2. Untuk mengetahui kendala guru untuk menjadi guru yang profesional.
3. Cara guru menjadi yang guru yang profesional.
4. Untuk menambah wawasan untuk menjadi guru yang profesional.
D. Kegunaan
Makalah yang berjudul Menuju Guru Yang Profesional, penulis harapkan dapat mengurangi kesalahan guru dalam mengajar dan dapat menemukan cara baru dalam mengajar. Selain dari pada itu semoga kelak guru – guru dan mahasiswa dalam linkup keguruan mampu menjadi guru yang profesional. Dan Semoga makalah ini bermanfaat khususnya untuk penulis umumnya untuk pembaca.
E. Prosedur Makalah
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode deskritif dan teknik studi pustaka dan analisis isi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Guru Profesional
Dalam era keterbukaan saat ini, segelintir guru banyak dalam mengajar masih menganut cara meengajar dengan system yang jelas – jelas sudah tidak cocok lagi di terapkan dalam pengajaran pada zaman saat ini. Guru yang profesional terbentuk dari profesionalisme baik dalam pengelolaan kelas maupun dalam dalam pelaksanaan kependidikan. Selain dari pada itu pula guru profesional merupakan orang yang telah menempuh program pendidikan guru dan memiliki tingkat master serta telah mendapat ijasah negara dan telah berpengalaman dalam mengajar.
Guru adalah jabatan profesional yang memerlukan berbagai keahlian khusus. Sebagai suatu profesi, maka harus memenuhi kriteria profesional. Kompetensi guru profesional tidak hanya terletak pada pengalaman atau pendidikanya seperti yang telah dijelaskan di atas tapi juga terletak pada bakat yang dimilikinya.
Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern. Dalam studi masalah profesionalisme, kita bekenalan dengan sejumlah definisi tentang “ profesi”. Salah satu definisi yang dikemukan oleh Dr. Sikun pribadi pada tahu 1976 yakni profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdi dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. Jadi guru harus konsiten dalam pekerjanya dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. kekonsistenan dimaksudkan guru dalam mendidik siswa dapat mencetak siswa menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
B. Kompetesi Guru
Untuk mengajar guru tidak dengan begitu saja langsung mengajar tapi harus menuhi beberapa aspek yakni aspek kompetesi guru yang harus di miliki guru. Dalam undang – undang No.14 tahun 2005 pada pasal 10 ayat 1 bahwa dijelaskan bahwasanya guru harus memiliki empat kompetesi dalam mengajar untuk menunjang menjadi guru yang profesional. Adapun kompetesi yang yang harus dimiliki oleh guru :
1. Kompetesi pedagogik
Kompetesi ini menitik beratkan bagaimana guru dalam menelola pembelajaran peserta didik. Kompetesi ini da[pat dilihat dari cara penilain pada peserta didik, kemapuan interaksi atau mengelola proses mengajar,
2. Kompetesi kepribadian
Guru sebagai orang yang dipandang oleh masyarakat khususnya peserta didik adlah sosok yang patut digugu dan ditiru. Selain dari pada itu karakteristik kepribadian guru sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran.
3. Kompetesi sosial
Kompetesi sosial adalah kemapuan berkomunikasi guru baik dengan peserta didik, guru dengan guru dan guru dengan wali murid. Dengan interaksi yang baik dengan membuat peserta didik nyaman dalam pembelajaran maka dalam cara berkomunikasi guru harus menyerupai cara berkomunikasi peserta didik dengan orang tuanaya.
4. Kompetesi profesional
Bahwasanya guru itu harus menguasai materi secara luas dan mendalam supaya dalam penyampain materi tidak kehabisan bahan ajaran yang akan disampaikan.

C. Hambatan menjadi Guru profesional
Untuk menjadi guru yang profesional memang tidak semudah yang kita bayangkan. Pemerintahan pusat sampai pemerintah daerah pun telah berupaya agar guru – guru berkualitas. Dapat kita lihat kebijakan dan berbagai cara yang telah di upayakan pemerintah untuk menciptakan guru yang berkualitas misalnya melalui pelatihan para guru dan dengan adanya di wajibkannya guru itu minimal bergelar S1.kendati demikian apa yang diupayakan oleh pemerintah masih jauh dari apa yang diharapkan, kerap saja guru masih banyak yang mengalami sebuah permasalahan dalam prakteknya. Jika dilihat secara kasat mata mungkin ini suatu yang wajar jika guru memiliki problematika tersendiri karena guru juga manusia. Problematika yang banyak dihadapi guru pada saat ini :
1. Malasnya guru dalam meneliti. Banyak guru yang malas untuk meniti sebuah permasalahan dalam pembelajaran di kelasnya. Guru banyak yang berdalih karena kesibukan rutinitasnya dan beranggapan bahwa meneliti itu sulit. Sebenarnya ini jika biarkan saja dapat berdampak pada proses pembelajaran dan kondisi siswanya itu sendiri. Jika guru mau untuk meneliti kelas yang menjadi tanggung jawabnya jelas guru tersebut dapa mengatasi permasalahan yang terdapat di kelas ataupun peserta didiknya. Biasanya guru akan sibuk meneliti jika aka nada kenaikan pangkat.
2. Masalah kesejahteran guru. Mungkin untuk guru – guru yang sudah menjadi PNS masalah kesejateraan tidak begitu dipermasalahkan karena mereka sudah mendapat gaji yang tetap dan mampu menunjang untuk hidup setiap harinya. Tapi pada kenyataanya masih banyak guru yang menggadaikan SK (surat keputusan) untuk mendapat lebih mensejahterakan hidupnya atau untuk berisnis demi mendapat tambahan. Untuk guru yang masih honor mungkin dalam hal kesejahteran guru mungkin masih belum dapat dirasakan sepenuhnya. Dalam hal gaji guru honor dapat dikatakan minim untuk hidup sebulan. Meskipun pemerintah sudah sudah mengadakan sertifikasi tapi ini tidak begitu berdampak besar terahadap guru honor. Dapat kita lihat banyak guru yang asih mencari kerja sampingan untuk memenuhi kebuthan hidupnya.
3. Kurang kreatifnya guru dalam membuat media pembelajaran atau alat peraga. Meskipun agaran dana sudah disediakan oleh sekolah tapi masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah. Walaupun tidak semua sekolahan menyediakan alokasi dana untuk ini semua guru yang kreatif taka pernah menyerah dengan keadaan. Kondisi dana justru membuat guru itu kreatif memanfaatkan sumber belajar lainnya yang tidak hanya berada di sekolah, seperti pasar, museum dan sebagainya.Pada kenyatannya siswa lebih mudah menerima materi pelajaran dengan menggunakan media pembelajaran atau alat peraga.
Selain guru memiliki problematika dalam pembelajara. Adapun beberapa kesalahan yang tidak disadari guru dalam mengajar :
1. Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran
2. Menunggu peserta didik berprilaku negatif
3. Menggunakan destructive discipline
4. Mengabaikan perbedaan pesertan didik
5. Merasa paling pandai
6. Tidak adil (diskriminatif)
7. Memaksa hak peserta didik.

D. Mahasiswa Menjadi Calon Guru
Tantang bagi pemerintah untuk mencari calon penerus dunia pendidikan ini terutama dalam mencari calon guru. Untuk saat ini memeng banyak yang ingin menjadi calon guru tapi sebagian dari calon tersebut tidak dapat di pungkiri lagi bahwa yang merekan tujuh ialah segi matrelistisnya saja. Dari sejak dulu sampai sekarang masih ada beberapa sekolahan terutama di SD masih menggunakan tenaga dari yang lulusan SMA, memang ini tidak salah tapi jika dilihat dari profesionalan atau ke ahlianya masih lebih unggul mahasiswa yang kelak menjadi seorang guru. Terkadang mahasiswa calon guru itu tersisihkan malah beberapa sekolah yang beranggapan mahasiswa belum saatnya mengajar, ini adalah salah satu bukti bahwa kurang kepercayaan beberapa sekolah terhadap mahasiswa calon guru.
Meskipun polemik itu sedikit sulit diselesaikan. Tapi dapat kita lihat atusias lulusan SMA yang ingin menjadi guru sangat banyak. Hal ini dapat kita lihat di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di mana setiap peneriman mahasiswa baru sampai ribuan yang daftar menjadi mahasiswa UPI. Setelah beberapa dari mereka diterima, para mahasiswa harus menyelesaikan masa praktek dan pendidikanya yang memberikan pengalaman lapangan di mana mereka bekerja dalam kondisi yang dekat dengan linkungan para guru tetap.
Mahasiswa dalam melaksanakan proses pembelajaran sering dijadikan sebagai obyek penelitian oleh beberapa ahli peneliti pendidikan
1. Wragg (1972) mencatat 578 pelajaran yang diberikan oleh 102 mahasiswa calon guru selama praktek seminggu dan menemukan bahwa mahasiswa mempunyai pola interaksi yang agak pasti yang hampir tidak berubah selama praktek.
2. Preece (1979) mengunakan catatan harian, kuesioner dan pengamatan pelajaran dalam studinya terhadap dua puluh lima mahasiswa calon guru, menunjukan bahwa mereka menjadi lebih bersifat menjaga terhadap murid – muridnya selagi berlangsung.
3. Partington dan hinchcliffe (1979) melakukan lima puluh enam studi kasus terhadap para mahasiswa yang dianggap sangat bagus atau jelek dalam mengelola kelas dan melaporkan bahwa mengadakan hubungan pribadi yang baik, persiapan yang matang, pengorganisasian pekerjaan kelompok dan individual yang cekatan, menjelaskan dan bertanya yang jelas dan penampilan diri yang efektif semuanya terkait dengan sukses sebagaimana dilihat oleh para tutor, guru dan dosen pembimbing.
4. Proyek leverhulme pada mahasiswa calon guru, dalam untaian proyek yang dilaporkan yakni:
a) Tatap muka pertama mahasiswa
Pada permulaan tahun pelajaran guru kelas baru biasanya mencurahkan semua waktunya kepada kelasnya yang baru dari saat-saat pertama pada hari pertama. Mahasiswa calon guru cenderung menyesuaikan diri dengan perannya secar perlahan – lahan. Dalam tatap muka pertama kali rasa kurang percaya diri tidak hanya terjadi pada mahasiswa tapi pada guru – gurukelas yang regular. Dari sebagian dari mahasiswa tidak menemui kesukaran dalam mengendalikan kelas, walupun diantaranya ada juga yang gugup ketika ada murid menantang kewibawaanya, misalnya seorang murid menguap, pura – pura tidur dikelas.
b) Mahasiswa mengenai praktek mengajar
Dalam hal praktek langsung di kelas mahasiswa akan mengalami kendala dalam mengkondisikan peserta didik, karena mahasiswa belum dapat mengenal kepribadian serta kondisi siswa secara menyeluruh. Sebelummahasiswa langsung terjun ke lapangan biasanya mahasiswa melakukan simulasi mengajar dengan bimbingan dosen. Untuk hal praktek mengajar ini mahasiswa tidak dapat sepenuhnya mengatur kelas dan siswa, karena belum sepenuhnya mahasiswa menerima tanggung jawab yang sepenuhnya dari pihak sekolah. Praktek ini ditujukan untuk mengembangkan metode yang dimiliki mahasiswa dalam megajar dengan langsung bertatap muka dengan siswa yang aslinya tidak hanya seperti dalam simulasi mengajar di kelasnya yang menjadi siswa ialah temannya sendiri.
c) Perubahan sikap selama praktek mengajar
Beberapa hasil penelitian mengenai sikap para mahasiswa calon guru memberikan kesan bahwa sikap mereka menjadi kurang liberal atau child- centerd selama praktek mengajar (wragg 1982). Walaupun mahasiswa masih tergolong muda tapi selama mengajar atau di hadap siswa harus bersikap dewasa atau seperti orang tua siswa di rumah. Perubahan sikap ini diharapkan dapat berdampak positif bagi mahasiswa itu sendiri meskipun mahasiswa itu jadi memiliki dua kepribadian. Perubahan sikap yang diharapkan disini adalah salah satu cara agar mahasiswa memiliki kompetesi kepribadian sehingga dapat ditiru oleh siswanya kelak. Selain dari pada itu mahasiswa untuk dapat menghapus sikap yang pernah diajarkan kepada mereka serta tertanam dalam diri mereka, untuk kemudian membangun sebuah pola sikap yang baru untuk diterapkan ketika mengajar. Ini dapat dilaksanakan melalui suatu program pelatihan sikap yang terarah.
Mahasiswa calon guru harus dalam hal mengajar dituntut untuk menghasilkan sebuah inovasi dalam pembelajaran.yang kita tahu bahwasanya mahasiswa adalah segolongan agen perubahan bangsa ini khususnya dalam lingkup pendidikan. Banyak mahasiswa yang ingin menerapkan pola pendidikan dan pengajaran dengan menempatkan guru sebagai partner murid dan sebaliknya.

E. Hubungan Guru Dengan Peserta Didik
Hubungan guru dan murid dapat terganggu karena adanya pengalihan sikap – sikap akibat konflik yang tidak di sadari khususnya oleh guru atau peserta didik. Murid merasakan kehadiran guru sebagai ayah atau ibunya sendiri karena itu ia di sekolah ingin mengalihkan situasi seperti yang ada di rumah. Jadi ia mengarahkan sikap emosionalnya kepada guru meskipun bukan guru itu yang merupakan tujuan sebenarnya. Misalnya ia ingin dimanjakan oleh guru wanita karena di rumah ia telah biasa mendapatkan kasih sayang yang berlebihan dari ibunya.
Guru mestinya berusaha memberi kesempatan bagi murid yang menunjukan gejala – gejala gangguan pengalihan sikap untuk mendapatkan pengalaman – pengalaman baru yang dapat menumbuhkan pengoreksian sikap terutama dengan sikap terbuka dan penuh persahabatan dengannya dan dengan memperlihatkan pendirian yang kukuh agar dengan begitu murid dapat memperoleh suatu landasan sikap yang meyakinkan.
F. Syarat Pentingnya Guru Menimbulkan Minat dan Perhatian Pada Siswa
Salah satu tugas pertama guru dalam mengajar yakni ialah menumbuhkan minat belajar pada peserta didik didik dan guru harus memberikan perhatian pada peserta didiknya. Jika peserta didik sudah berminat dalam belajar maka proses belajarpun akan lancar guru tidak repot lagi untuk mengkondisikan siswa. Dalam memberikan perhatian pun guru tidak boleh pandang bulu karena akan membuat segolongan siswa merasa tersisihkan.
Beberapa persyaratan yang tampak jelas yakni pelajaran akan menjadi menarik bagi murid jika terlihat adanya hubungan antara pelajaran dan kehidupan nyata. Salah satu pelajaran yang dapat memenuhi aspek ini salah satunya pelajaran itu dikaitkan langsung dengan tematik kehidupan peserta didik saat ini. Salah satu alasan sikap menolak para remaja terhadap pembelajaran ialah karena guru tidak menaruh perhatian terhadap minat dan perhatian mereka serta masalah – masalah peserta didik yang dihadapi terutama siswa pada masa operasional kongkrit.
Pengajaran yang menarik harus mempertimbangkan minat pribadi siswa. walaupun ini tidak mudah, seorang guru harus dapat memberikan keluluasan siswa dalam belajar. Guru tidak mengekang dan tidak monoton dalam proses pembelajaranya. Pelajaran yang dapat merangsang timbulnya minat dan perhatian guru harus memberikan kesempatan bagi peran atau rasa keterlibatan bagi siswa , sudah akan memungkinkan mereka dapat meresapkan bahan – bahan pelajaran.
Jika guru merasa senang akan sesuatu, maka situasi emosional ini pun akan mungkin diambil oleh siswa. Setidaknya siswa lebih mudah berorientasi pada pedidikanya jika di anatara guru dan siswa terjalin suatu hubungan yang baik. Jika guru dapat memenuhi syarat dalam menumbuhkan minta dan perhatian, berarti guru telah dapat membukakan keinginan siswa untuk memperluas pandanganya serta keinginan untuk memenuhi tuntutan keinginan belajarnya.
G. Upaya Meningkatkan Profesional Guru
Untuk menjadi jadi guru yang profesional memang tidak semudah membalikan telapak tangan pasti ada sebuah usaha yang keras untuk menjadi guru profesional. Guru profesional tidak hanya dinilai secara teori tapi dinilai ketika guru tersebut dalam praktek mengajarnya. Guru dapat menyandang sebagai guru profesional jika dalam pembelajaranya siswa – siswanya dapat dengan mudah dalam memahami materi pelajaran yang disampaikannya. Untuk menjadi guru profesional maka guru atau tenaga pendidik memerlukan prinsip profesional, yaitu :
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme,
2. Memiliki kulifikasi pendidikan dan latar belakang yang sesuai dengan bidang tuganya,
3. Memilki kompetesi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya,
4. Mematuhi kode etik profesi,
5. Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas,
6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan dengan prestasi kerjanya,
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan,
8. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profeionalnya,
9. Memiliki organisasi profesi yang berbadan hokum ( sumber UU tentang guru dan dosen )
Keprofesionalan guru tidak hanya harus di titik beratkan pada kepribadian guru itu sendiri tapi guru profesional harus terlihat dalam kinerja guru dalam mengajar. Meskipun prinsip profesional guru sudah dapat dikuasai oleh guru tersebut tapi jika guru dalam kinerjanya yakni dalam penyampain materi masih sulit untuk dicerna oleh siswa maka secara otomatis itu belum dapat disebut guru profesional. Maka dalam mengajar setidaknya dapat menungasai sepuluh metode pengajaran :
1. Metode ceramah
2. Metode Tanya jawab
3. Metode pemberian tugas
4. Metode diskusi
5. Metode kerja kelompok
6. Metode karya wisata
7. Metode bermain peran
8. Metode eksperimen
9. Metode demonstrasi
10. Metode inguiri.

Selain dari pada itu beberapa karakterististik kiat – kiat menjadi guru yang profesional:
1. Guru profesional membangun karakter bangsa
2. Guru profesional mengembangkan kecerdasan mejemuk
3. Guru profesional mengembangkan berfikir kritis siswa.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Guru profesional ialah suatu profesi dalam mengajar dimana guru sangat berkompeten dalam mengajar. Profesional bagi guru itu sendiri adalah sebuah tuntutan karena zaman yang kian berkembang oleh karena itu guru memang harus profesional yang harus disesuaikan dengang perkembangan zaman. Menjadi guru profesional jangan hanya memandang dari segi matrealistisnya saja karena guru yang profesional mereka menjadi karena memang keluar dari hati yang paling dalam dengan niat yang benar.
Untuk menjadi guru profesional tidak mudah begitu saja, tidak semudah membalikan telapak tangan. Pasti untuk menjadi guru profesional membutuhankan sebuah proses yang menghasilkan kemampuan pada guru. Pada dasarnya untuk menjadi guru profesional harus memiliki empat kompetesi untuk menjadi profesional,yaitu kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetesi pedagogig.
Dalam proses menjadi guru profesional pasti ada sebuah hambatan baik secara interen maupun ekstern. Pengaruh hambatan yang paling berdampak besar guru dari aspek intern ini bersangkutan hal yang pribadi guru ini dapat berdampak pada kejiwan guru. Biasanya dalam urusan rumah tangga. Bukan hanya hambatan yang menjadi kendala mengajar tetapi juga kesalahan guru dalam mengajar yang tidak disadarinya. Salah satu kesalahn yang terlihat jelas ialah dalam cara mengajar guru yang mononton.
Mahasiswa yang ingin menjadi guru untuk saat ini dengan peraturan baru minimal harus S1. Banyak sekolah yang mengunakan tenaga lulusan SMA, D2 dan mahasiswa yang masih kuliah. Mungkin untuk dari segi pengalaman jelas ini akan kalah dengan guru yang sudah bisa dikata sudah senior. Memang pada faktanya mahasiswa calon guru dalam mengajarnya banyak mengalami kendala terutama pada tatap muka pertama. Pada tatap muka pertama biasanya guru mencurakan wakunya untuk peserta didiknya jika mahasiswa di hari pertamanya rata – rata digunakan untuk menyesuaikan diri dengan siswa.
Hubungan guru dengan siswa harus harus seperti orang tua pada anaknya, tapi dalam hal ini tida sepenuhnya guru seperti orang tua di rumah. Guru hanya pengganti orang tua sementara disekolah. Dalam hubungan ini dimaksudkan sedemikian rupa oleh guru ditujukan untuk mempermudah murid dalam belajar dan tidak ada rasa canggung dalam pembelajara.
Tujuan utama guru profesional yaitu mengembangkan minat belajar pada peserta didiknya. Menumbuhkan dan mengembangkan minat belajar adalah syarat mutlak bagi tugas guru. Dalam mengembangkan minat belajar guru harus mengenal terlebih dahulu dengan krakteristik peserta didiknya karena karakteristik siswa itu berbeda jadi dalam penerapan untuk mengembangkan minat belajar pada siswa pun akan berbeda metode.
Menjadi guru profesional ada beberapa cara yang dapat menunjang itu semua. Pada saat ini orang menilai sebuah keprofesionalan itu dari sebuah sertifikat atau ijasah. Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan keprofesioanalan guru. Dapat kita lihat beberapa upaya usaha pemerintah dalam menjadikan guru profesional seperti sertifikasi, PPG ( pendidikan profesi guru). Ini semua kembali lagi pada guru yang bersangkutan dalam usaha mereka untuk menjadi profesional atau tidak. Guru profesional tidak hanya dilnilai materi yang didapatkannya tapi hasil dari kinerjanya yakni peserta didiknya mudah dalam memahami pelajaran atau sangat senang di ajar dengan guru yang bersangkutan

B. Saran
1. Guru untuk menjadi guru yang profesional jangan hanya untuk mengejar materi dan jabatan saja.
2. Menjadi guru lebih baik lahir dari niat yang tulus untuk menjadi guru.
3. Pemerintah dalam menunjang guru menjadi profesional jangan hanya dalam segi materil saja tapi dari media dan alat peragaan juga harus lebih ditngkatkan.
4. Guru jangan menyiayiakan pelatihan atau seminar mengenai keguruan yang diadakan oleh lembaga- lembaga atau pemerintah.
5. Dalam penggunaan metode pengajaran harus disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Dan penggunaannya harus secara variatif.
Daftar Pustaka

Hamalik, E. (2008). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetesi. Jakarta : Bumi Aksara.
Kusumah, Wijaya. (2009). Profesi Guru dan Problematika yang Dihadapinya. [ online ]. Tersedia : purwanto.web.id/?p=69.html. [5 desember 2009].
Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : Rosda.
Riva, dede mohamad. (2008). Upaya Meningkatkan Profesionalisme guru [ online ]. Tersedia : www.duniaesai.com/pendidikan/didik18.html. [ 5 desember 2009].
Singer,kurt. (1991). Verhindert Die schule Das Lernen. Munchen : Ehrenwirth Verlag.
Wragg, E.C. (1997). Primary Teaching skills. London : Rontledeg.

2 komentar:

{ Rozi Saptiyan } at: 16 Juni 2010 pukul 23.07 mengatakan...

artikelnya bagus, thanks...

{ kumpulan Tugas Kuliah } at: 17 Oktober 2010 pukul 21.46 mengatakan...

ya sama-sama

Posting Komentar